KUALA KURUN- Data gizi buruk dan kurang pada bayi umur 0-59 bulan, berdasarkan indeks BB/U di Provinsi Kalteng sebesar 23,3 persen (%). Angka tertinggi per kabupaten ditempati Kabupaten Lamandau, sebesar 33, 7 %.

Sementara Kabupaten Gumas berada diurutan 10 dengan presentase 19,2%. Sedangkan, kasus sangat kurus dan kurus, untuk Provinsi Kalteng ssbesar 13,9 % dimana Kabupaten Gumas menempatkan urutan 9 dengan presentase 12,7%.

Demikian dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gumas, dr Maria Efianti saat membuka acara diskusi publik tingkat Kabupaten Gumas mengenai dampak stunting di Aula Bapeda, Kuala Kurun, Selasa (17/10/17).

Lebih lanjut mantan Direktur RSUD Kuala Kurun ini memaparkan, balita usia 0-59 bulan yang memiliki kasus pendek dan sangat pendek (stunting) di Provinsi Kalteng sebesar 33,3%.

“Angka tertinggi berada di Kabupaten Bartim 50,0%. Sedangkan Kabupaten Gumas, menempati urutan 6 dengan presentase sebesar 32,8%,” papar Maria.

Dijelaskannya, beberapa faktor pemicu terjadinya stunting di antaranya, kurang gizi dalam waktu lama (kurang gizi kronis), kurang hinitas, pola rawat anak kurang tepat, dekatnya jarak antar kelahiran, kurangnya pemberian asi eksklusif dan kurangnya keterssdiaan pangan rumah tangga.

“Dampak stunting pada anak adalah, rentanbterhadap kesakitan dan infeksi , terhambatnya pertumbuhan fisik , terhambatnya perkembangan intelegensi dan pengetahuan. Misalnya prestasi belajar dan pendeknya periode bersekolah,” tukasnya.

Diskusi tingkat Kabupaten Gumas mengenai dampak stunting terhadap kualitas SDM dan upaya pencegahan melalui pelibatan multisektor dan multistakeholder tersebut menghadirkan pembicara, yakni Direktur Eksekutif PKBI Kalteng, Mirhan. Ketua IBI Kalteng, Hj Noorhani dan Ketua PERSAGI Kalteng, Mars Khendra.

Penulis/Editor: A. Uga Gara